Furusato Matsuri adalah sebuah perayaan tentang kecintaan pada tanah air (furusato). Berkisah tentang Penyerbuan Toyotomi Hideyoshi ke daerah Wani (Mikawa Machi lama) untuk mempersatukan Jepang.
Wani Kata (orang-orang Wani) yang jumlahnya tidak terlalu banyak, berjuang untuk mempertahankan daerahnya. Pusat perlawanannya/pimpinannya tinggal di Tanaka Jo (Benteng Tanaka) didaerah Wani, Mikawa Machi.
Pertempuran dilakukan dengan menggunakan senapan locok, dilanjutkan dengan pertarungan pedang antar samurai yang bertempur.
Pada tahun 2001 saya berkesempatan untuk mengikuti perayaan tersebut yang dimeriahkan dengan pementasan drama tentang pertempuran tersebut.
Walaupun orang Wani kalah dan hancur, akan tetapi kisah keberanian mereka masih terkenang dan berkesan sampai sekarang.
Keberanian untuk mempertahankan tanah tumpah darahnya adalah satu sifat kepahlawanan yang sejati.
2001' Furusato Matsuri
Hampir tidak terbayang oleh saya, bahwa saya bisa ikut dalam pementasan drama untuk perayaan Fususato Matsuri.
Dimulai dari sebuah undangan dari Yakuba (Pemerintah Daerah Mikawa), bahwa saya diikutsertakan dalam pementasan drama pada kegiatan Furusato Matsuri tanggal 11 Februari 2001.
Oleh Otoosan (panggilan untuk Ayah angkat saya), saya diberi penjelasan tentang surat yang datang tersebut (maklum, tulisannya pakai huruf kanji semua) bahwa saya harus mengikuti beberapa rapat/pertemuan persiapan untuk kegiatan tersebut dan saya diberitahu juga, bahwa saya orang asing pertama yang pernah ikut pada kegiatan tersebut.
Dengan keterbatasan bahasa, saya berusaha belajar untuk menggunakan sandal jerami, baju perang, dan gerakan yang akan dilakukan. Yang menarik adalah saat diajari mengayunkan katana (pedang samurai) dan menembak senapan locok. Jumlah orang tiap regu adalah dua puluh orang, terdiri dari 19 pria dan 1 wanita. Semua terdiri dari usia yang berbeda, dan diambil dari bagian wilayah Mikawa Machi yang berbeda pula (perwakilan daerah). Akhirnya, saya yang serba canggung, memutuskan untuk menjadi orang pertama yang mati dari WANI KATA. Menurut teman-teman saya, cara mati saya sangat meyakinkan dan langsung disorot oleh kamera TV lokal. Durasi acara adalah 45 menit, setelah selesai acara dilakukan foto bersama semua pemain masing-masing pihak. Sebuah pengalaman yang tidak terlupakan.
Wani Kata (orang-orang Wani) yang jumlahnya tidak terlalu banyak, berjuang untuk mempertahankan daerahnya. Pusat perlawanannya/pimpinannya tinggal di Tanaka Jo (Benteng Tanaka) didaerah Wani, Mikawa Machi.
Pertempuran dilakukan dengan menggunakan senapan locok, dilanjutkan dengan pertarungan pedang antar samurai yang bertempur.
Pada tahun 2001 saya berkesempatan untuk mengikuti perayaan tersebut yang dimeriahkan dengan pementasan drama tentang pertempuran tersebut.
Walaupun orang Wani kalah dan hancur, akan tetapi kisah keberanian mereka masih terkenang dan berkesan sampai sekarang.
Keberanian untuk mempertahankan tanah tumpah darahnya adalah satu sifat kepahlawanan yang sejati.
2001' Furusato Matsuri
Hampir tidak terbayang oleh saya, bahwa saya bisa ikut dalam pementasan drama untuk perayaan Fususato Matsuri.
Dimulai dari sebuah undangan dari Yakuba (Pemerintah Daerah Mikawa), bahwa saya diikutsertakan dalam pementasan drama pada kegiatan Furusato Matsuri tanggal 11 Februari 2001.
Oleh Otoosan (panggilan untuk Ayah angkat saya), saya diberi penjelasan tentang surat yang datang tersebut (maklum, tulisannya pakai huruf kanji semua) bahwa saya harus mengikuti beberapa rapat/pertemuan persiapan untuk kegiatan tersebut dan saya diberitahu juga, bahwa saya orang asing pertama yang pernah ikut pada kegiatan tersebut.
Dengan keterbatasan bahasa, saya berusaha belajar untuk menggunakan sandal jerami, baju perang, dan gerakan yang akan dilakukan. Yang menarik adalah saat diajari mengayunkan katana (pedang samurai) dan menembak senapan locok. Jumlah orang tiap regu adalah dua puluh orang, terdiri dari 19 pria dan 1 wanita. Semua terdiri dari usia yang berbeda, dan diambil dari bagian wilayah Mikawa Machi yang berbeda pula (perwakilan daerah). Akhirnya, saya yang serba canggung, memutuskan untuk menjadi orang pertama yang mati dari WANI KATA. Menurut teman-teman saya, cara mati saya sangat meyakinkan dan langsung disorot oleh kamera TV lokal. Durasi acara adalah 45 menit, setelah selesai acara dilakukan foto bersama semua pemain masing-masing pihak. Sebuah pengalaman yang tidak terlupakan.
In Action, ready for battle